Beranda | Artikel
Urgensi Masjid dan Keterikatannya dengan Masyarakat Muslim
Sabtu, 29 Oktober 2022

MASJID DAN PENGARUHNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Urgensi Masjid dan Keterikatannya dengan Masyarakat Muslim[1]
Masjid memiliki urgensi yang besar dan kedudukan yang agung dalam masyarakat Islam. Al-Qur`an al-Karim telah menegaskan kedudukan masjid dan ganjaran bagi orang yang yang menyibukkan dirinya dalam memakmurkan masjid. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ ﴿36﴾ رِجَالٌ لاَّ تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلاَ بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ ﴿37﴾ سورة النور

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.” [An-Nuur/24:36-37].

Dan firman-Nya yang lain :

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللّهِ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ﴿18﴾ سورة التوبة

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.” [At-Taubah/9:18].

Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

أَحَبُّ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا.

Bagian negeri-negeri yang paling disenangi oleh Allah adalah masjid-masjid-nya, dan bagian negeri-negeri yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar-pasarnya.”[2]

Hal yang mesti dari masjid, bahwa di dalamnya dapat mencairkan dan membebaskan jiwa-jiwa dari ikatan-ikatan duniawi, nafsu pendapatan dan jabatan, rintangan-rintangan arogansi dan egoisme, mabuk syahwat dan nafsu. Kemudian jiwa-jiwa tersebut bertemu dalam halaman penghambaan yang sesungguhnya kepada Allah Azza wa Jalla dengan penuh kejujuran dan keikhlasan.

Sesungguhnya satu rakaat yang dilakukan kaum muslimun di salah satu rumah Allah, dari satu keadaan kepada keadaan yang lain, dapat membenamkan ke dalam jiwa-jiwa mereka akan hakikat-hakikat kesetaraan kemanusiaan, memunculkan rasa cinta dan persaudaraan, yang tidak dapat dilakukan oleh berpuluh-puluh buku yang mengajak kepada kesetaraan dan berbicara mengenai falsafah manusia teladan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memulai pembangunan masyarakat islami di Madinah Munawwarah dengan cara memakmurkan masjid. Memaklumatkan bahwa hal itu merupakan pondasi dan penopang pertama untuk mendirikan masyarakat ini. Sehingga jika kemakmuran masjidnya ini telah sempurna dan kaum muslimin telah meresponnya, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengikat hati-hati kaum muslimin dalam naungannya, dengan tali persaudaraan karena Allah. Bagi mereka, masjid merupakan sebaik-baik jaminan untuk mencapai hal tersebut, dan merupakan kenikmatan yang paling besar dibanding kesibukan-kesibukan dunia, dan berbagai fitnah hawa nafsu lainnya !!

Sesungguhnya kaitan masjid dengan masyarakat sangatlah kuat. Lebih dari sekedar seorang berdiri untuk mengerjakan shalat lima fardhu dalam sehari semalam, kemudian ia mengunci pintunya setelah itu. Sehingga hubungannya menjadi terputus dengan kaum muslimin dengan segala urusannya. Tidak, tidaklah demikian!!! Sesungguhnya sebagai sebuah lembaga, ia memiliki pengaruh sebagaimana yang telah kami sebutkan terhadap jiwa-jiwa manusia, dan  efek yang telah kami jelaskan dalam mendidik mereka. Sudah menjadi keharusan untuk menjadikan kerekatan masjid terhadap situasi dan kondisi masyarakat menjadi kerekatan yang interaktif, kokoh dan kontinue.

Masjid merupakan Media Implementasi Amal Dalam Rangka Mengajak kepada Iman dan Amal Soleh, Pendidikan, Pembudayaan, Pembinaan dan Penyuluhan [3]
Masjid adalah institusi pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan dalam Islam, dan dia membawa kekhususan yang asasi dinisbatkan kepada masyarakat muslim. Ia merupakan sumber tolakan pertama untuk dakwah Islam, dan juga sebagai sumber mata air petunjuk Rabbani. Maka pada langitnya, menjulang tinggi dakwah kepada iman dan amal shalih. Melalui mimbarnya, diajarkan iman dan amal shalih. Di hamparan buminya yang suci, ditunaikan amal shalih. Dan ia menjadi pusat dimana prinsip jihad yang agung bergerak mengelilinginya. Juga sebagai poros dimana segala pemikiran dan perasaan menyelubung di seputarnya. Tempat pengemblengan yang memunculkan kebangkitan dan orang-orang komit yang membawa penyulut-penyulut cahaya dan hidayah, mereka menjelajahi penjuru dunia membawa sifat, aroma dan kesucian masjid.

Sesungguhnya masjid sepanjang sejarah kaum muslimin berkedudukan sebagai institusi pendidikan untuk anak kecil dan orang dewasa. Dan tempat pertama yang merealisasikan target-target kerja nyata yang bertujuan untuk mendidik manusia secara umum, khususnya bagi anak-anak dan para pemuda. Tokoh-tokoh perintis yang membawa panji dan meneriakan panggilan kepada yang bersungguh-bersungguh, mereka adalah singa-singa masjid dan para pemakmur rumah-rumah Allah Ta’ala, dimana para ‘ulama (pakar ilmu agama), fuqaha’ (pakar hukum islam), bulaqha’ (pakar bahasa aab), nubala` (para cendikiawan) merupakan sebaik-baik lulusannya.

Syaikul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “Masjid merupakan tempat berkumpulnya umat dan para pemimpinnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membangun masjidnya (masjid Quba) yang penuh keberkahan itu di atas dasar takwa. Di dalamnya terdapat aktifitas shalat, membaca al-Qur`an, dzikir, majelis taklim, ceramah. Demikian pula aktifitas bidang politik, akad sumpah, panji pasukan, instruksi pemimpin, dan merupakan corong publikasi bagi para pengambil kebijakan. Di sanalah kaum muslimin berkumpul tiap kali ada perkara yang menghimpun mereka mengenai urusan-urusan agama dan dunia mereka.”

Setuju, bahwa kedudukan masjid dalam masyarakat Islam menjadi sumber pengarahan ruhani dan materi. Sebagai halaman untuk ibadah, madrasah ilmu dan balai etika. Ia juga mencairkan dan membebaskan jiwa-jiwa dari ikatan-ikatan duniawi, nafsu pendapatan dan jabatan, rintangan-rintangan arogansi dan egoisme, mabuk syahwat dan nafsu. Kemudian jiwa-jiwa tersebut bertemu dalam halaman penghambaan yang sesungguhnya kepada Allah Azza wa Jalla.

[Disalin dari الأثر التربوي للمسجد   Penulis Syaikh Shalih bin Ghanim As-Sadlan (Dosen Pasca Sarjana Fakultas Syari’ah, Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah), Penerjemah : Muhammad Khairuddin Rendusara SAg, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2009 – 1430]
______
Footnote
[1] Mengenai tema ini, silahkan dirujuk: Ad-Daur at-Tarbawi lil Masjid , DR. Faraghli Jad Ahmad (hal. 143-144); Al-Islam wa al-hadharah wa daur asy-Syabab al-Muslim (hal.540 dan setelahnya); Daur al-Masjid fi at-Tarbiyah wa al-A’dad (hal.138).
[2] HR. Muslim (Masjid-masjid dan tempat-tempat shalat, no.671).
[3] Lihatlah: Al-Masjid wa Dauruhu at-Ta’limi ‘Ibar al-‘Ushur min Khilal al-Halaqat al-‘Ilmiyah  (hal.15-21) dengan sedikit gubahan; Manahij at-Ta’lim fi al-Masajid wa Uslub at-Tadris fiha  (hal.6,7); Ad-Daur at-Tarbawi lil Masjid  (hal. 146-147); Daur al-Masjid fi at-Tarbiyah (hal.78); Min Qadhaya al-Fikr al-Islami al-Mu’ashir (hal. 241); (HR. Muslim, no.1017)


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/63666-urgensi-masjid-dan-keterikatannya-dengan-masyarakat-muslim.html